Pages

Artikel (Kode Etik): Krisis Kejujuran Hasilkan Potensi Mahasiswa Bernilai Palsu

Artikel ini dibuat dalam rangka partisipasi mengikuti Dakom Award 2016. Lomba blog. Yuk, Baca Selengkapnya...

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

STAIN Parepare merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri yang ada di kota Parepare. Yuk, Kunjungi Websitenya...

Mari Bersedekah

Yuk, lihat iklan video karya Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam. STAIN Parepare

filsafat islam

Ingin Menjadi Seperti Pohon

Mengapa inging menjadi pohon? Yuk, Baca selengkapnya

Saturday, August 5, 2023

Jeda untuk Berpikir & Berbenah



Kamu memberiku jeda untuk kembali berpikir.

Dan kutakutkan pikiranku akan berubah arah.

 Maka jika, Aku berbelok arah. Tolong maafkan Aku.

Sungguh, hati itu berbolak-balik. 

Dan bisa jadi aku tak bisa memaksa hatiku 

untuk tetap pada jalan yang tidak kusetujui.

 

Selama ini, aku selalu melewati jalan yang tidak kusukai. 

Aku takut, keinginanku berhenti pada rute jalan yang selalu kupilih.

 Maka, jika aku sudah tak berdiri di tempat biasanya,

Maka tolong maafkan aku.

 

Aku sedang belajar memahami hatiku.

Dan kamu memang sudah memberi pilihan yang tepat.

Waktu ini akan kugunakan sebaik mungkin. 

Untuk bertanya lebih dalam lagi, apakah kamu atau lainnya?

 

Jika suatu hari, aku tetap memilihmu.

Maka, itulah keputusan terbulatku.

Kalaupun kelak ada yang tak sesuai keinginan hati, 

akan kuterima sebagai takdir terbaik pemberian Allah.

 

Semoga hati kita selalu dilapangkan, 

bagaimana pun hasil akhirnya.

 

Dari Aku yang sama tanggal 

dan bulan kelahirannya Batavia, @hayanaaa.

Parepare, 06 Agustus 2023. pukul 09.34 Wita

 

 

  

Saturday, July 30, 2022

Jumpa & Rasa [Lagi]

 




Bismillah...

Seharian tidak melakukan kegiatan produktif, membuat jiwa ini selalu menyesal. Jika waktu hanya terbuang scrooling beranda sosial media, rasanya benar-benar sia-sia. Padahal waktu terus berjalan meskipun tanpa kaki.

Ada banyak hal yang mesti saya selesaikan. Namun, jiwa malasku sering menguat mengakar membuatku mager tingkat tinggi. Astagfirullah... ampuni jiwa dan raga ini yang lalai.

Tetangga kamar kos, Lisa mengetuk pintuku. Ia memberi dua potong paria. Di daerahku disebut Kambu Paria. Makanan bersantan dengan kelapa parut yang disangrai. Jangan tanya bagaimana rasanya, tentu mengikuti rasa paria yang bercita rasa dasar pahit.

Dulunya saya tidak suka, namun karena sering melihat kedua orangtuaku yang lahap memakan paria akhirnya, saya tersugesti jadi ikutan suka. Bisa begitu ya? Rasa suka semakin menguat karena memang Paria kaya khasiat.

Belum cukup satu jam berselang, Lisa kembali mengetuk pintu kamarku. Ia bertanya, apakah saya suka makan belut?

Dengan nada agak ragu, saya bertanya “sudah dimasak?”

Mengingat saya sangat geli (bukan geli, tapi jijik campur takut) melihat wujud utuh belut yang mirip ular.

“sudah dimasak Palekko kak,” kata Lisa sambil tersenyum.

Saya kemudian mengambil piring yang dipegangnya. Kupindahkan ke tempat lain, lalu saya pun mengembalikan piringnya.

“Lama sekali mi, tidak makan ka belut. Waktuku ji kecil,” kataku pada Lisa lalu mengucapkan terima kasih.

Kutatap baik-baik masakan palekko belut ini. Meski sudah diolah, saya masih bisa melihat dengan jelas kepala belut. Sayapun dengan agak ragu  memakanan dengan nasi hangat dari ricecooker.

Jika bukan karena kandungan Omega tinggi yang dimiliki belut, sepertinya saya tidak akan memakannya. Hehe

Kalau tidak salah, saya makan belut hanya ketika masa SD. Itupun waktu itu saya dipaksa.

“Makan i supaya pintar,” kata mamaku sambil memberi belut bakar.

Waktu itu saya hanya makan secuil saja. Sedikit sekali.

Saya tidak menyangka, hari ini masih diberi kesempatan untuk memakan belut lagi.

Semoga Allah memberikan keberkahan atas apa yang kita makan dan minum. Aamiin.

Sepertinya, kali ini ketikan ku tidak sampai di seribu kata karena ada hal yang harus saya selesaikan.

See you, my readers.

Terima kasih telah membaca hingga tuntas J Parepare, 30 Juli 2022 pukul 20:10 wita.

===

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun Maha Penyanyang” Qs. An Nahl:18

 

Saturday, June 25, 2022

Alur Hidup Today

 



Bismillah...

Alhamdulillah, waktu saya ketik ini perut minimalis sudah terisi. Hope, readers saat membaca ini saya harap sudah makan juga yaa.

Pagi-pagi, sekitar pukul 06 lewat sekian wita, saya memutuskan pergi ke pasar. Hari ini, saya ingin sekali makan bubur manado. Nafsu makan yang semakin menghilang, membuat saya harus mengikuti apa yang ingin dimakan. Biasanya, saya mengabaikan. Namun, kali ini benar-benar nafsu makanku sepertinya sedang mengalami krisis. Berat tubuh yang semakin menyusut, membuatku harus minum vitamin tambahan. Padahal kan saya selalu bercita-cita ingin menjadi pendonor darah. Namun, beratku sakarang menurun menjadi 38kg. Ya, seringan itulah saya.

Ketika ingin berangkat ke pasar, saya baru nyadar. Ternyata, helm saya ketinggalan di Perpustakaan kampus. Sudah 2 pekan berlalu, dan saya baru sadar pas mau pakai. Waktu itu, memang saya sedang sakit. Jadi, pas kembali ke kos saya jadi lupa helm. Saya pake helm, karena saat itu sedang gerimis. Untuk melindungi kepala, helm lah menjadi pilihan alternatif.

Semoga saja, helmku masih ada di Perpus. Hari Senin, baru saya mau cek keberadaanya.

Setelah selesai belanja, pas mau pulang mata ini melihat berbagai dagangan durian. Kemarin, sempat diajak pergi makan durian sama tante dan sepupu. Namun, karena ada tugas deadline video yang harus saya selesaikan. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak ikut. Padahal saya mau sekali makan durian. Jadi, tadi saya memutuskan membeli 1 buah durian, untuk mngobati rasa inginku ini.

Saya hanya beli 1 karena saya takut rasanya tidak memuaskan. Benar saja, yang kubeli tadi tidak sesuai ekspektasi. Tapi, alhamdulillah masih bisa dimakan. Hehe.

Pulang dari pasar, saya segera memasak. Cukup lama saya memasak, mungkin ini yang kadang membuat saya malas memasak-masak, karena memakan waktu yang lama. Bisa jadi sih, karena mata kompornya hanya satu saja.

Setelah bubur manado masak, saya berpikir bagaimana caranya makanan ini bukan hanya saya yang menikmati. Sebenarnya ada banyak target orang di kos yang bisa saya bagi, tapi saya hanya memilih 2 orang saja. Dikarenakan porsi yang saya masak, juga tidak terlalu banyak.

Lisa, mahasiswa dari Barru menjadi target pertama. Ia selalu juga memberi saya makanan setiap kali ia dari pulang kampung. Selain itu, ia sangat rajin mengaji. Memberinya tenaga melalui makanan sepertinya akan sangat berfaedah J

Target kedua yakni Si S. Sebenarnya, saya kadang malas memberinya apa-apa. Karena ia sangat malas juga membersihkan kos. Saya hanya memintanya menyapu teras atas setiap pagi atau sore, namun ia kadang tidak melakukan. Tapi, hari ini saya tetap menjadikannya target berbagi. Dikarenakan, ia juga hanya sendiri di kamarnya. Lagian, ia adalah salah satu mahasiswa di kos yang paling jarang pulang kampung. Tentu, makanan yang berbeda sangat menyenangkan untuknya. Semoga saja, ia akan menjadi orang yang rajin. Aamiin.

Setelah berbagi dan menikmati makanan, saya mandi plus mencuci. Awalnya ingin mengejar shalat dhuha, namun sepertinya saya masih kurang bersih habis libur sholat.

Setelah menjemur sebagian pakaian, saya memutuskan makan durian yang sebiji itu. Rasanya, benar-benar tidak seperti yang biasanya hehe. Kurang manis. Tapi teksturnya cukup bagus.

Setelah itu, saya memutuskan untuk tidur.

Kapan lagi bisa tidur, di hari kerja saya sulit untuk tidur siang.

Dewasa ini, tidur siang yang dulunya sering dianggap hukuman saat kita masih anak-anak. Nyatanya, saat dewasa tidur siang merupakan aktivitas menyenangkan dan langka. Ya, ini hanya berlaku bagi orang sibuk.

Bicara tentang sibuk. Saya sebenarnya, sudah sangat ingin pensiun dari kata ‘sibuk’.

Apalagi jika kesibukan itu hanya duniawi saja. Rasa-rasanya, jiwa dan raga ini sangat lelah jika hanya sibuk duniawi saja.

Saat bangun dari tidur siang, saya mengingat kalau ada jadwal menjadi relawan di Rumah Belajar Cinta Damai (RBCD). Akhirnya, saya segera bangkit dari tidur lalu shalat dan menuju ke lokasi.

Sebelum berangkat, beli roti dulu untuk konsumsi anak-anak binaan. Ada yang sempat protes kenapa bukan gorengan. Sebenarnya, saya sering merasa keliru kalau anak-anak diberi gorengan. Walaupun sebenarnya mereka sangat menyukai gorengan. Tapi, kali ini saya pilih roti saja. Karena itu lebih baik untuk mereka.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, tulisanku sebenarnya belum cukup seribu kata. Tapi, saya memutuskan untuk menyudahi. Agar segera publish lalu tidur. Semoga, nanti saya bisa bangun lebih awal agar bisa beribadah PadaMu, termasuk berkeluh kesah PadaMu. Sungguh, hanya dengan MengingatMu, hatiku akan merasa tenang.

Terima kasih telah membaca hingga akhir. Salam Sejuk @hayanaaa.

Parepare, 25 Juni 2022 pukul 21:24 Wita.

Wednesday, June 22, 2022

Hope Versi 22 Juni 2022

 


Bismillah...

Saat saya ketik ini, alhamdulillah saya sudah makan.

Betapa banyak di luar sana, ingin makan tapi tak ada yang bisa dimakan. Sementara, saya alhamdulillah masih ada, pun sama dengan my readers.

Saya kembali memulai mengetik lagi, setelah berpekan-pekan saya tak melakukannya. Saya memulainya lagi bertepatan dengan hari berkurangnya jatah hidup ini.

Ya, 22 Juni adalah hari berkurangnya usia ini. sudah 27 tahun saya hidup di dunia ini. seorang teman di facebook yang sebenarnya bukanlah benar-benar teman akrab memberikan ucapan selamat melalui kolom chat. Tak lupa ia memberikan doa sekaligus pesan mengingatkan bahwa sisa 3 tahun saya menuju 30 tahun.

Chatnya itu seolah menggelitik. Tanpa, ia memberitahu saya... sebenarnya saya juga sangat sadar akan titik angka warning itu. Kenapa warning? Ya, usia 30 tahun adalah usia yang bukan lagi masa unyu-unyu. Kuharap saat mencapai itu, saya sudah berekor 3. Haa? Apa bisa, hehe. Kun fayakun. Kalau Sang Maha Kuasa berkehendak.

Lalu, teman facebook itu bertanya lagi tentang apa rencana saya selanjutnya. Pertanyaan itu, sengaja saya tak menjawabnya. Membiarkannya penuh tanya. Mungkin, ia akan menganggapku sebagai perempuan yang tak ramah. Karena hanya meread saja pesannya di facebook.

Namun, pada dasarnya itu adalah upayaku. Agar tak memberi benih-benih harapan untuknya. Kujaga diriku, untuk tidak akrab lagi pada kaum Adam. Kucegah, kaum adam agar tidak memberikan peluang rasa kecewa. Meski, di luar sana bisa jadi ada hatis-hatis yang berharap namun luput dari perhatianku. Maka, kuserahkan segalanya PadaNYa.

Sudah sepantasnya memang, manusia tak boleh berharap pada manusia. Karena kecewa akan menjadi ujungnya.

Sebenarnya, di satu sisi. Satu akun facebook cukup menyita atensiku. Akun itu adalah akun pembelajar. Aktivitasnya tergantung musim. Namun, saya sangat apreasiasi tentang kemauannya yang selalu ingin belajar meskipun bukan melalui jenjang pendidikan formal.

Semoga, ia tetap selalu belajar dan memperoleh keberkahan dari setiap apa yang ia pelajari. Aamiin.

Di 22 Juni kali ini, sangat berbeda dibanding tahun lalu. Di mana impian untuk menjadi pengajar sudah terwujud. Alhamdulillah.

Namun, hati ini kerap kali kumarahi jika segumpal daging ini buta akan rasa syukur. Kerap kali kujengkeli, saat segumpal daging ini hanya fokus mengeluh terhadap setiap rintangan yang menghampiri. Bukannya kamu, suka tantanngan, Hayana? Maka nikmatilah.

Beberapa orang ingin di posisimu, Hayana. Maka banyak-banyaklah bersyukur.

Meskipun beberapa pikiran kusut sering menghampiri yang dapat berakibat pada tidak nyenyaknya tidurku dan hilangnya nafsu makanku. Tapi, semoga dengan seiring waktu... rasa kikuk, rasa tak tau, semakin hari akan menghilang dari pikiran dan hati ini. aamiin.

22 Juni, Yuni salah satu teman karibku yang juga sama tanggal dan bulan kelahiranku mengirim ucapan selamat via WhatsApp. Chantnya itu agak lucu di pikiranku. Karena kita, sama-sama berulang hari dan bulan (hari ini). namun, Yuni memang selalu mengucapkan duluan. Sedangkan saya, selalu yang kedua.

Yun, saya sangat bersyukur bisa punya teman seperti kamu. Termasuk teman kita yang selalu saja memberikan sesuatu dalam rangka hari special kita. Siapa lagi, kalau bukan Widya Astuti. Akrab disapa Widsss.

Menjelang sore, akun penjual kue tart mengirim pesan padaku. Katanya, ada yang memesan kue tart untukku. Kue itu ingin diantar ke tempatku. Awalnya, saya sudah menduga kalau itu Widya. Namun, saya tetap menscreenshotnya lalu menjadikannya status. Tapi, setelah saya memastikan kalau itu benar-benar Widsss, saya segera menghapus status sc sya itu. Saya tak terlalu ingin menyebarkan ke my viewers WhatsApp kalau hari ini saya sedang ‘barakallah fii umrik’. Meski, beberapa teman wa menjapri langsung mengirim ucapan selamat juga.

Kusyukuri akan hal itu. Terima kasih.

22 Juni, apa yang ingin kamu lakukan Hayana?

Sepertinya, saya hanya ingin mengembalikan beberapa good habits yang mulai menghilang dari hidup saya. Seperti, rajin menulis, rajin tidur di awal waktu dan rajin mengabaikan smartphone. Rasannya di tahun berikutnya, saya ingin melepaskan diri dari candu gawai yang mulai mengikat.

Faktanya, produktivitasku semakin meningkat saat semakin jauh dari gawai itu. Semoga saja, saya bisa dan Allah memampukan. Aaamiin.

22 Juni, rasanya saya hanya ingin menyerahkan segalanya ke Allah saja. Apa yang baik untukku, semoga saya ridha. Apa yang ditunda untukku, semoga saya dimampukan untuk tetap bersabar dan ikhlas menjalani setiap hari hidup ini.

22 Juni rasanya hanya ingin menjadi orang yang menyejukkan. Termasuk, setiap pandanganku mampu membuat hatiku semakin merasa lapang. Meskipun hidup semakin kompleks (rumit).

22 Juni, hanya ingin pandai bersyukur.

22 Juni hanya ingin kelak meninggal dalam keadaan husnul khatimah.

22 Juni, rasa-rasanya hanya ingin hidup yang lebih sederhana saja.

22 Juni hanya ingin, otak dan hati ini bodoh dalam mengeluh.

22 Juni, semoga semakin berberkah segalanya.

Mataku kembali terasa berat. Ya, tantangan mengetik seribu kata seperti ini masih saja menantang khususnya menjaga agar kedua mata ini tetap melek.

Anehnya, nanti saat saya menyudahi tulisan ini dan mulai berselancar di dunia maya maka rasa ngantuk itu benar-benar akan hilang.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Sembil melirik sepuluh jari jemariku yang sedang kutempeli pacci berwarna merah maron. Semoga, semangatku selalu memerah memaron.

Ya, semoga saja.

Atas segala tugas yang selalu saja bertambah, semoga raga dan jiwa ini selalu mendapatkan perlindungan OlehNya.

Karena apalah dayaku jika tanpa bantuanNya.

Ya Allah, sungguh hamba terlalu banyak dosa yang menjadi aibku sendiri. Engkau Maha Mengetahui apa yang tidak tampak. Maka hamba mohon, Engkau mengamupuni dan mengasihi hamba termasuk kedua orangtua hamba yang sudah susah payah merawatku dan memperhatikanku hingga sampai detik ini. ya Allah atas segala cacat ibadah yang hamba laksanakan, hamba mohon Engkau tetap menerimanya termasuk ibadah kedua orangtuaku.

Hamba benar-benar bersyukur, perubahan yang sangat drastis pada kedua orangtuaku khususnya pada Pemberi nama Hayana. Semoga Engkau tetap menjaga dan meluruskan hatinya. Semoga Engkau senantiasa memberi ketenangan hati dan pikiran di setiap sujudnya. Semoga Engkau selalu memberi kesehatan untuk keduanya dan memberi hamba rezeki yang berlimpah lagi berberkah yang akan menjadi wasilah untuk membawa mereka menemui tempat-tempatMu yang penuh dengan Keajaiban. Semoga Engkau memampukan hambaMu yang lemah dan lalai ini. aamiin ya robbal’alamin.

Untuk my readers, yang tak kuketahui siapa saja. Semoga hatimu selalu tenang dan selalu bersyukur. Semoga kita selalu dimampukan untuk berpikir filosofis penuh makna. Agar dalam setiap hari, kita selalu memetik hikmah yang dapat membuat hati kita semakin lapang selapangnya. Aamiin.

Untuk my readers, terima kasih telah membaca hingga akhir. Hope, saya bisa isitiqomah mengetik. Agar, untuk setiap moment saya selalu bisa menyimpannya dalam seribu kata yang yang terangkai ini :)

Parepare, 22 Juni 2022 pukul 20:25 Wita | @hayanaaa.

Monday, February 21, 2022

Air Cokelat With Corona

 



Bismillah...

Sebenarnya saya tak tau akan cerita tentang apa. Tapi, saya ingin mengembalikan kebiasaan mengetik seribu kata per hari. Yaa, sebenarnya sih itu komitmen sejak 2019 lalu.

Saya akan bercerita tentang apa yaa?

Hmmm.... mari kita bercerita tentang bumi ini.

Dahulu kala.... 

eh, dahulu waktu saya masih kecil sekitar tahun dua ribuan bencana banjir, gempa, longsor, angin puting beliung hanya saya temukan di tivi. Tapi, beberapa tahun terakhir... bencana itu justeru terjadi di sekitar wilayahku.

Hari ini, beranda status whatsAppku dipenuhi dengan status tentang banjir. Ya, khususnya teman WA ku yang tinggal di daerah kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Saat hujan turun sehari semalam... air akan ikut naik. Seolah air dari langit sudah tak dapat lagi diserap oleh tanah.

Kenapa kira-kira?

Ada apa dengan tanah kita? Mengapa ia sudah tak ingin menerima air dari langit itu?

Tunggu dulu, bukankah manusia gemar menutupi tanah dengan semen? Bukankah manusia gemar menebang pohon dan menggantikannya dengan beragam bangunan beton?

Anggaplah pepohonan ditebang untuk BTN. Tapi, pernahkah BTN dihancurkan untuk menanam pepohonan?

Kita sering menghilangkan pepohonan secara besar-besaran, seolah kita tak butuh fungsi dari pepohonan itu. Oksigen dari mana coba?

Tunggu dulu, sebenarnya kita sudah tau akan tentang itu tapi masih saja ditebang untuk kebutuhan kita.

Serba salah juga kan?

Tapi, kasihan juga yaa bumi... jika semua pepohonan dimusnahkan.

Meski pada dasarnya, lebih kasihanlah kita para manusia... akan menerima dampak dari punahnya pepohonan.

Coba amati baik-baik lingkungan kita sekarang.

Esok, jika kamu bertemu pagi... duduk atau berdiri, pandangilah alam kita.

Bagaimana alam kita akan marah saat kita merusak kealamiannya secara over user.

Air tergenang di bawah kolom tempat tidur, kaki mengeriput karena air. Tangan kedinginan, perut selalu lapar meski otak selalu berpikir jijik sekali airnya. Itu airnya menyatu dari air saluran got.

Banjir bisa jadi anjir.

Hmm....

Sepertinya, temanku yang merasakan pasti lebih paham daripada saya yang hanya melihat.

Astagfirullah... perbanyak istighfar dan intropeksi atas kelakukan kita.

Memangnya kita turut andil dalam banjir ini?

Tunggu, saat kamu sering buang sampah sembarangan kamu sudah turut andil (sekecil itu). bahkan saat kita over pakai tissu pun turut andil. Apa hubungannya? Ya, karena tissu dibuat dari serat pohon.

Anak-anak kecil senang air cokelat itu (banjir), katanya asik bisa main air sepuasnya.

Tapi, para pedagang, angkutan umum, pekerja kantoran, para penghuni rumah tangga berbeda perasaanya. Mereka risau atas ketidaknormalan lingkungan ini.

Pun, anak remaja yang hobbi beraktivitas di luar akan merasa galau juga.

Apapun itu, semoga semuanya akan baik-baik saja. Aamiin.

***

Setelah bercerita Air Cokelat/banjir, mari kita bercerita tentang corona. Makhluk viral yang meresahkan banyak kalangan pihak, meski di kalangan tertentu dianggap membawa berkah tersendiri.

Corona datang dengan 2 dampaknya, hal baik dan hal buruk.

Kalau bukan karena corona, upaya memaksimalkan pembelajaran online takkan terwujud. Tapi, hal buruknya... (ah, kurasa readers punya anggapannya masing-masing).

Kalau begitu, mari kita berbicara tentang lockdown. Imbas dari adanya makhluk viral itu.

Apa yang kamu pikirkan dengan kata lockdown?

Hal yang terlintas di otak kecil ini yakni tak bisa kemana-mana.

Tapi, karena tak bisa kemana-mana... semestinya bisa mengerjakan sesuatu yang tak bisa dikerjakan saat kita sedang kemana-mana.

Kira-kira apa itu?

Tolong cari sendiri dan lakukan.

*yang baik-baik yakkk?

Ketikan ini kuakhiri saat adzan sholat isya mulai berkumandang.

Sampai ketemu esok. Hope, tetap bisa meluangkan waktu mengetik rangkaian kata walaupun belum cukup seribu kata.

Meskipun juga tulisan ini agak garing, semoga saja tetap bisa memetik sesuatu yang berfaedah. Sekecil apapun itu.

#Terima kasih, telah membaca hingga akhir :)

Parepare, 21 Februari 19.37 wita.

Salam sejuk, @hayanaaa.

 

 

 

Friday, February 18, 2022

Tanya: Suka Ko atau Ki ?



Terlintas di otak kecil...

Ini tentang Ko dan Ki.

Di Sulawesi Selatan 2 huruf itu sangat populer dan menjadi ciri khas komunikasi bagi komunikatornya.

Dulu, saya sering berbicara Ko baik pada teman ataupun kakak kandung sendiri. Tapi, akhiran dua  huruf Ko tak pernah digunakan untuk sepasang manusia yang membuat kita ada di dunia ini, atas IzinNya. Termasuk tak pernah pula terlontar kepada guru-guru yang mengajari kita.

Ko memang terkesan kasar dan Ki lebih terkesan sopan.

Tunggu dulu, sepertinya pembaca dari luar pulau Sulawesi agak bingung.

Apa maksud Ko dan Ki?

Begini, pembaca setiaku.

Ketika seseorang mengajak makan, biasanya kalimat yang dilontarkan “Mari makan atau Ayo makan”.

Namun, di Sulawesi khususnya Sulawesi  Selatan. Perkataan yang diucapkan bisa menjadi “Makanki/Manreki” ataupun bahasa daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan.

Tambahan akhiran ki pada makan, menunjukkan rasa sopan. Saya juga tidak tau, kenapa orang dulu menambahkan Ki atau Ko? Kalau ada yang tau, silahkan beritahu saya di Hayanaheart@gmail.com.

Makanko biasa diucapkan ke orang yang lebih muda dari pengucapnya ataupun teman sebaya.

Sedangkan makanki biasa diucapkan ke orang-orang yang lebih dituakan atau dihormati lebih.

Namun, sebenarnya ketika ada orang yang berucap menggunakan akhiran Ko bukan berarti ia tidak menghargaimu. Hanya saja, ia sudah terbiasa berbahasa menggunakan akhiran Ko. Jadi, hindari ketersinggungan di hati kecilmu. hehe

Memasuki bangku perkuliahan dengan seragam bebas, raga ini mulai membiasakan diri berbicara menggunakan akhiran Ki kepada semua orang, terkecuali abang saya (kakak kandung).

Ya, kuulangi lagi. Berbicara Ko padanya bukan berarti saya merendahkan. Hanya saja menghindari rasa canggung ketika berbicara dengannya. Namanya juga sudah kebiasaan.

Teman sebaya yang berbicara akhiran Ko itu menunjukkan rasa akrab, rasa saling menerima, meskipun kita para pemilik telinga yang selalu mendengar ucapan Ki akan merasa “kok kasar ya,” padahal bagi mereka itu bisa jadi hubungan komunikasi mereka berada di level ‘akrab, karib’.

Meskipun tidak dipungkiri bahwa orang-orang yang sedang merasa marah pada orang lain, mereka akan menggunakan kata-kata yang berakhiran Ko.

Ki dan Ko bukan Kiko yaa.

Ki dan Ko tak pernah bertemu pada rangkaian kalimat yang sama.

Penggunaan Ki dan Ko disesuaikan berbicara dengan Siapa?

Dan juga penggunaanya dipengaruhi kebiasaan penuturnya.

Apakah ia terbiasa menggunakan Ki ataupun Ko.

Yang jelas, seseorang yang terbiasa berbicara Ko pada akhirnya akan berbicara Ki ketika bertemu dengan orang yang dianggap harus dihormati lebih?

Lalu, bisakah kita sedikit mengubah?

Mengutamakan berbicara Ki pada semua orang, jenis usia (baik atau muda), kaya atau cukup, pupuler ataupun unpopuler?

Saat kamu berbicara Ki pada anak kecil, apa yang akan terjadi?

Secara tak sengaja, anak kecil itu akan belajar bahwa saat kita berbicara harus menggunkan akhiran Ki. Ada sistem copy paste dalam otak anak kecil.

Bukankah itu hal baik?

#Sederhana tapi bermakna

 

 

Terima kasih telah membaca hingga akhir J @hayanaaa. Salam sejuk.

Parepare, Sabtu 19 Februari 2022 pukul 06:53 Wita.


=============

Karena sesuatu yang fullfaedah, tak boleh dirahasiakan :)









 

Sunday, August 8, 2021

Wujud Keinginan? Bisa jadi Esok atau Lusa

 


Bismillah…

Alhamdulillah saat saya tulis ini raga sudah makan.

Sepotong kecil cokelat Kairo masih berusaha kukunyah dengan pelan. Tadinya selepas magrib, saya ingin tidur karena disergap rasa ngantuk. Namun, sang penguasa dapur menegur dan melarang tidur usai magrib. Akhirnya, saya bangkit dari tempat tidur lalu menuju meja makan untuk mengisi perut minimalis ini.

Ya, begitulah salah satu caraku untuk menghilangkan rasa ngantuk. Setelah makan, lidah ini terasa ingin makan yang manis-manis lalu otak ini mengingat sebuah cokelat yang terbungkus rapi tersimpan di salah satu rak kulkas. Cokelat dengan rasa yang khas.

Saya berhenti sejenak, berpikir harus memulai cerita dari mana.

***

Suara speaker masjid pukul empat dini hari sudah terdengar pada indera pendengaran ini. Saya mencoba untuk tetap focus berusaha untuk menyelesaikan sebuah video yang bertema tutorial memasak. Saat semuanya rampung, saya mengekspor video yang sejak pukul 2 dini hari saya rangkai. Raga ini bangkit dari tempat duduk, meninggalkan sebuah laptop yang masih berproses menyimpan (rendering). Kuraih gawaiku dan memerhatikan isi beranda social media. Namun, otakku berkata lebih baik tidur saja karena esok hari raga ini akan berjalan ke tempat pelosok salah satu desa yang ada di kecamatan Ma’rang.

Saya masih mengingat dengan jelas pesan sang penguasa dapur yang menyuruh untuk memasang kelambu anti nyamuk sebelum tidur. Namun, kupikir karena jam tidur yang tersisa sedikit dan kedua kelopak mata yang mulai terasa berat. Akhirnya, raga ini kubiarkan tertidur meski kulit akan diserang oleh nyamuk-nyamuk lapar.

***

Kedua mataku seketika terbuka saat merasakan seseorang sedang berjalan selurus dengan kakiku. Ia berucap, “jadi pergi?”. Saya segera bangkit dari tidur lalu menjawab, “jadi”. Namun, setelah perempuan yang penuh kasih sayang itu meninggalkan tempat tidurku, sepasang mata ini kemudian melirik angka waktu pada gawaiku. Seketika kurebahkan kembali tubuhku sambil bergumam dalam hati “masih 1 jam lebih”. Namun, belum beberapa menit raga ini segera bangkit dari posisi ternyaman. Otak ini mengingat sebuah video yang harus segera diupload.

Kuperhatikan benda 14 inc ku itu, kulihat layarnya mati. Padahal seharusnya tak boleh mati, dikarenakan sebelum tidur saya sedang merender sebuah video yang sudah deadline. Kulirik ujung adaptor, benar saja tak tercolok. Hatiku seketika ingin bertanya pada sang penguasa dapur dengan rasa yang sedikit kecewa. Namun, kutahan karena saya harus memastikan terlebih dahulu. Siapa tau videonya telah selesai terender.

Kucari dengan saksama, namun saya tidak tau di mana tersimpan. Benar saja, saat menyimpannya saya tidak memerhatikan lokasi penyimpanannya secara pasti. Kutenangkan diri sejenak, sambil mencarinya dengan pelan. Akhirnya, saya berhasil menemukan. Sebuah video yang bertuliskan herbal, kuklik dua kali untuk segera  menontonya.

Waktu janjian semakin dekat, kulihat video yang saya edit punya 1 titik scene blur namun kuputuskan untuk tetap menguploadnya. Lalu menyebarkan linknya pada sebuah grup lingkungan kerja.

Saya segera mematikan (power off) benda 14 inc ku itu. Lalu, bergegas merapikan tempat tidur dan segera menyapu lantai. Setidaknya saya harus tetap membantu sang penguasa dapur merapikan rumah meski tak sempat membantunya memasak di bagian dapur. Setelah semuanya rapi, saya bergegas menuju meja makan lalu mengambil sedikit nasi putih hangat lalu mengunyahnya bersama beberapa bakso tadi malam. Meski dingin, tetapi tetap terasa lezat di lidah. Saya mengunyahnya dengan pelan.

Tuntas pada makanan, saya bergegas menuju kamar mandi. Pikirku tak ingin membuat temanku menunggu. Setalah mandi dan memakai pakaian yang bernuansa biru dan ungu. Saya mengambil setumpuk cucian yang terletak di sudut tempat tidur. Namun, sang penguasa dapur bernegosiasi, nanti saja katanya. Lebih baik saya menyapu di halaman rumah katanya. Akhirnya, saya pun keluar mencari sapu. Namun, belum tuntas mengumpulkan dedaunan yang berguguran…. Sang pemberi nama Hayana berteriak memanggil dikarenakan gawaiku berdering. Pikirku, itu pasti temanku. Dan benar saja sebuah panggilan whatsApp dari seorang kawan lama di zaman putih abu-abu. Ia yang akan menjadi parnert berpetualang hari ini.

***

Sang pemberi nama Hayana bersedia mengantar raga ini keluar ke pinggir jalan raya. Tempat dimana saya dan kawanku  akan bertemu untuk memulai petualangan. Rasa was-was sedikit mengganggu, mengusir rasa berani dikarenakan tempat yang kami akan kunjungi kononnya merupakan tempat yang angker. Namun, hati ini selalu kuarahkan untuk tetap percaya PadaNya bahwa niat yang baik akan berakhir dengan situasi yang baik-baik pula.

Angin bertiup kencang saat kawanku mulai melaju dengan kecepatan yang lumayan. Tangan kananku sempat keram sejenak. Ya, sering kali saya terjebak pada situasi yang bikin nyeri itu. Namun, tidak butuh waktu yang lama…. Rasa nyeri itu akan berakhir dengan perlahan.

Sebelum memasuki lorong kecil, kami memutuskan untuk berhenti pada sebuah toko popular milik non WNI. Kawanku membeli air minum  serta snack sedangkan saya membeli roti dan keripik kentang. Keluar dari toko mata ini tertuju pada seorang manusia yang terlihat tak terawat. Ia duduk sambil bercoleteh dengan tidak jelas. Hatiku bergumam, kasihan sekali ia. Karena ia sama sekali tak menyadari dirinya. Ia hidup tapi tak benar-benar hidup. Namun, di sisi lain saya juga melihatnya cukup beruntung karena ia terbebas dari pantauan kerja malaikat Atid. Ya, orang gila memang sudah dihentikan dosanya saat ia sudah kehilangan akal pikirannya. Rasa takut padanya sempat muncul. Segera raga ini naik pada sebuah motor yang lumayan besar lalu kemudian kami melanjutkan perjalanan kami.

***

Matahari bersinar terik, syukur saja helm dan masker melindungi kepala dan wajah dari terpaan sinar ultra violet tersebut. Kawanku memberi gawainya agar segera kurekam perjalanan ini. Maklum ia adalah youtuber tentu moment baginya adalah konten. Sebenarnya pun sama dengan saya. Namun, saya menjadikan sebagai bahan tulisan.

Gunung berdiri tegak, rentetan pepohonan menghiasi perjalanan kami. Hati ini bertanya-tanya apakah perjalanannya akan jauh atau dekat? Namun, segera saya kembali focus menikmati perjalanan dan mengabaikan pertanyaan itu.

Setidaknya, jawabannya akan segera kudapatkan sendiri setelah melaluinya. Tiba di lokasi parkir, sepasang manusia suami isteri dan seorang keponakannya anak lelaki kecil juga berniat untuk ikut dengan kami. Tujuannya sama yakni Telaga Biru.

 Sebuah danau di tengah hutan dengan warna air yang kalau dilihat sekilas bisa berwarna hijau ataupun biru. Dengan langkah yang pasti, kami menyusuri jalan setapak. Beberapa jalan sedikit menanjak dan suara khas hutan dapat terdengar jelas di telinga.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya kami sampai. Perasaan hati-hati muncul saat kembali mengingat perkataan teman yang katanya tempat ini angker. Meski begitu, hati ini tetap terpesona PadaNYa. Atas fenomena alam yang terlihat tidak seperti biasanya. Sebuah pohon yang tumbang terlentang membelah kolam alami itu. Kawanku berjalan di atas pohon itu lalu berpose mengabadikan wajah dan latar alam itu.

Raga ini pun juga berjalan di atas pohon itu dan mengabadikan momen yang beberapa bulan lalu sudah terlintas ingin kesini. Namun, saat di tengah kolam… otak ini sempat berpikir bahwa kejadian buruk bisa saja terjadi. Kaki bisa terpleset atau bahkan kayu tempat berpijak bisa jatuh ke dalam air. Lalu bayangan film hewan buas dalam air segera memenuhi memori otak.

Segera kutepis, lalu berjalan dengan tenang.

Setelah puas mengabadikan wajah dengan berbagai pose. Tiga orang pengunjung lain datang mendekati telaga. Mereka juga berpose. Sesekali saya memerhatikan mereka bukan untuk menyudutkan hanya saja saya ingin mengambil pelajaran dari mereka.

Tak berselang lama, sekelompok anak sekolah juga datang menghampiri telaga ini. Uniknya, mereka semua berani melompat ke dalam telaga yang katanya tidak boleh berenang di dalamnya. Namun, mereka dengan santainya masuk ke dalam air.

Terlihat menyegarkan, meski mereka tak tau secara pasti berapa meter kedalamannya. Kata mereka, telaga ini merupakan mata air yang tak terukur kedalamannya. Bisa jadi saking dalamnya.

Lalu, ingatan kembali saat saya berada di tengah telaga itu dengan bantuan pohon yang tumbang… Sungguh, cukup membuat hati merasa sedikit khawatir.

Kesempatan mengunjungi telaga biru ini tetap disyukuri atas segala penasaran yang selalu terlintas saat mendengar namanya. Siapa sangka keinginan beberapa bulan yang lalu, akhirnya terwujud hari ini. Ya, memang… keinginan tak harus terwujud di hari itu juga…. Kadang kala terwujudnya bisa esok  atau lusa. Allah akan menunjukkan dengan caraNya sendiri saat kamu dirasa pantas untuk mendapatkan keinginan itu.

Lalu,,,,,

Apa yang kamu inginkan viewers, sekarang?

Tenang, esok lusa bisa jadi terwujud. Tetap padukan ikhtiar langit dan bumi yaaa.

Terima kasih telah membaca hingga tuntas. @hayanaaa

[Tanete, 8 Agustus 2021 pukul 20.31 wita]

 -----

--

--

-

-

-

Karena Produk Full Faedah tidak boleh dirahasiakan :)

Pemesanan via Instagram @hayanaaa



Popular Posts

Translate

"Beloved"

"Beloved"

Followers